Berada di zona yang nyaman memang mengasyikkan. Tidak
perlu mencoba hal baru yang bahkan kita tak tahu. Namun apalah arti hidup jika
kita hanya melakukan yang sama secara terus-menerus? Terkadang, kita perlu
keluar dari zona nyaman untuk tahu bagaimana kehidupan.
Hiruk-pikuk
kota membuat saya semakin jenuh dengan kegiatan yang begitu-begitu saja.
Ditambah pikiran yang sedang stress karena perkuliahan—lebih tepatnya UAS dan
tugas besar di beberapa mata kuliah.
Seperti
orang pada umumnya, setelah selesai dengan sekolah, kerja, atau perkuliahan,
kita perlu refreshing diri sejenak. Menyegarkan otak dan tubuh. Sebutan di
jaman sekarang adalah, healing.
Pernah
juga ketika liburan semester 1 yang lalu, saya dan kawan-kawan berlibur ke
daerah Lembang, tepatnya di Floating Market. Untuk di liburan semester 3 ini,
saya kembali berencana untuk liburan. Namun tidak ke tempat rekreasi wisata.
Alasannya sederhana, biaya yang tidak murah dan juga suasana yang begitu-begitu
saja. Akhirnya, saya dan kawan-kawan memutuskan untuk melakukan camping ke
daerah Pangalengan. Namun, belum tahu tujuan pastinya kemana.
Sabtu, 16 Desember 2023
Seberes
menaklukkan kegiatan akhir perkuliahan, yaitu seminar praktikum, kami
memutuskan untuk berangkat. Yang berangkat dalam perjalanan kali ini adalah
saya, Rifki, Subakti, dan Bahar.
Sedikit
cerita tentang kawan-kawan saya. Pertama, Rifki. Kawan saya yang satu ini biasa
dipanggil Jarwo. Panggilan itu ia dapat dari kakak tingkat kami ketika kami
sedang ada di acara ospek fakultas. Jarwo ini adalah kawan sekelas saya di
perkuliahan. Mulai kenal semenjak awal masuk kuliah dan kami sering membentuk
kelompok perkuliahan bersama.
Kedua,
Subakti yang kerap kami sapa Bekti. Kawan saya ini adalah kawan kontrakan saya
selama berkuliah sampai semester 3 ini. Saya kenal dengan Bekti dari pertama
kali ngontrak bersama. Dia berbeda fakultas dengan saya.
Ketiga,
Bahar yang biasa dipanggil Gading. Entah kenapa, kawan-kawan kontrakan saya ini
mempunyai nama panggilan tersendiri. Dan tentu saja, Bekti yang memberikan nama
panggilan itu. Gading ini kawan SMK saya, namun berbeda jurusan kala itu.
Tetapi, kami pernah satu ekstrakulikuler.
Perihal
nama panggilan, semenjak saya ngontrak, saya dipanggil Narji oleh kawan saya,
yaitu Bekti. Dari situ, kawan-kawan kontrakan terbiasa memanggil saya dengan
nama Narji, Huh, memang orang yang aneh.
Balik
lagi perihal perjalanan, Saya dan Jarwo selesai Seminar Praktikum jam 2 siang,
dan baru sampai di kontrakan sekitar sore jam 3 kurang. Saya pikir, Bekti sudah
mempersiapkan segala hal, namun karena teman himpunannya datang ke kontrakan,
kami jadi sedikit lebih lambat. Terlebih lagi Gading yang masih menyelesaikan
tugasnya. Begitupun saya dan Jarwo, kami memutuskan untuk mengerjakan tugas
terlebih dahulu, rencananya kami akan mengerjakan di rumah Jarwo.
Selepas
Maghrib, saya dan Jarwo selesai mengerjakan tugas. Namun tidak dengan Gading
yang sepertinya masih banyak tugas untuk diselesaikan. Akhirnya, kami sepakat,
Saya dan Jarwo berangkat terlebih dahulu ke rumah Jarwo. Dan nanti setelah
Gading selesai tugasnya, ia bersama Bekti akan menyusul.
Alasan
saya dan Jarwo berangkat duluan adalah ingin mengejar pembekalan yang harus
kami bawa besok. Takut terlalu larut, toko frozen food pasti sudah tutup. Jam 8
malam lebih dikit, saya dan Jarwo berangkat ke Cikampek.
"Mau
kemana kita kali ini, Wo?" tanya saya Ketika dalam perjalanan.
"Pangalengan,
Ji. Nanti buat tempat lebih jelasnya kita cari kalau sudah samai rumah.
Sekarang kita cari pembekalan terlebih dahulu," balas Jarwo.
Sebelum
sampai rumah, kami mampir terlebih dahulu ke tempat frozen food di daerah Kota
Baru, Cikampek. Namun sayang, toko tersebut sudah tutup. Saya memeriksa jam,
ternyata sudah pukul 21 lebih 2 menit. Lekas saya mengirimi Bekti chat untuk
mengabarkan kalau frozen food sudah tutup. Tetapi saya dan Jarwo masih berusaha
mencari.
"Kayaknya
di Sukaseri ada deh, Ji," ucap Jarwo yang langsung inisiatif.
Jarwo
menghela motornya menuju daerah Sukaseri, Cikampek. Kami mencari-cari dipinggir
jalan namun tidak menemukannya. Di sela pencarian itu, Jarwo meminggirkan
motornya; masuk ke parkiran RIR Outdoor Cikampek.
Tujuan
kami adalah berkemah. Namun untuk tempat pastinya belum tahu. Kami ke RIR hanya
untuk memastikan dan melihat-lihat harga saja.
"Kang,
kalau RIR bukanya jam berapa, ya?" tanya Jarwo tatkala disambut oleh
pegawai RIR.
"Jam
9 pagi sudah buka, mas."
"Okey,
soalnya besok pagi kami ada rencana mau kemah di Pangalengan...." Jarwo
berbicara panjang lebar sekaligus memastikan harga dan ketersediaan barang yang
akan disewa. Sementara saya, terus memperhatikan sekeliling toko ini.
Mata
saya berbinar tatkala melihat perlengkapan mendaki yang sebegitu banyaknya.
Bagi orang awam seperti saya, sangat merasa puas jika mempunyai semua peralatan
itu. Oh iya, sedikit pemberitahuan, saya sebelumnya tidak pernah mendaki gunung
ataupun bukit. Namun tetap ada rasa ingin naik gunung.
Selepas
bertanya ini-itu, kami memutuskan untuk keluar dari toko tersebut dan
melanjutkan pencarian kami untuk membeli pembekalan esok hari. Jarwo
menyarankan agar langsung saja ke pasar Cikampek. Ya, sudah pasti ada disana.
Kami
memasuki pasar dan melihat kiri-kanan. Hingga akhirnya kami berhenti di depan
salah satu lapak tukang jualan frozen food. Ya, kami sebelumnya telah sepakat
untuk membeli pembekalan berupa sosis, nugget, dan otak-otak. Tak lupa juga
kami membeli minyak, saus, kopi saset, dan bahan makanan lainnya.
Selesai
dengan urusan di pasar, kami langsung segera berangkat menuju rumah Jarwo.
Disana saya beberes, dan makan malam. Yang paling saya sukai dari rumah Jarwo
ini adalah dia mempunyai lantai 2 yang berisikan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi
dan roof top. Suasana disana nyaman untuk mengobrol dan bersantai.
Masih
belum boleh tidur—karena menunggu Gading dan Bekti menyusul, saya dan Jarwo pun
searching dengan bantuan google search dan google maps. Kami mencari tempat
yang indah, dan murah. Jujur, yang paling kami prioritaskan adalah yang murah
agar cocok di kantong mahasiswa, haha.
Terdapat
tiga pilihan setelah kami mencari-cari di dunia internet. Kami menyeleksi
tempat wisata ini berdasarkan keindahan dan juga bisa dijadikan tempat kemah
terlebih dahulu. Yaitu, Ranca Upas, Gunung Artapela, taman langit dan Hutan
Pinus Rahong. Selanjutnya, kami melakukan penyeleksian lebih lanjut terhadap
tiga tempat itu. Hutan Pinus Rahong langsung kami hapus karena gugur dalam
perihal 'Harga'. Ya, disana memang indah, tempat camping di Tengah-tengah hutan
pinus dan juga dekat dengan sumber air yang mengalir. Namun, tempat itu
mempunyai biaya yang mahal menurut kami.
Tersisa
dua pilihan, yaitu Ranca Upas dan Gunung Artapela. Di penyeleksian kedua ini,
kami menghapus Ranca Upas. Alasannya sederhana, tempat itu hanya begitu-begitu
saja. Tempat kemah yang luas dan fasilitas yang memadai. Sebenarnya saya sudah
bosan dengan tempat seperti itu. Karena ospek fakultas dan jurusan pun di
tempat yang mempunyai model yang sama seperti Ranca Upas.
Bukannya
menyusahkan diri, kami sebenarnya ingin merasakan bagaimana alam asli tanpa
campur tangan fasilitas yang dibuat manusia. Pada akhirnya, terpilihlah Gunung
Artapela sebagai destinasi liburan saya dan kawan-kawan kali ini.
Masih
menunggu Gading dan Bekti, kami sembari menonton video vlog orang-orang yang
mendaki Gunung Artapela. Alasannya Cuma satu, agar tahu bagaimana karakteristik
gunung itu.
Ya,
di jaman ini sudah serba canggih dan serba menggunakan internet. Apa saja yang
kita mau, kita ketikkan di internet, pasti muncul hasilnya. Internet sendiri
mempunyai dampak positif dan negatifnya. Bukan salah internet, namun salah kita
sebagai pengguna yang tidak bisa mengontrol pemakaian kita. Bijaklah
menggunakan internet, kawan-kawan.
Kembali
lagi ke perjalanan, video teratas mengenai Gunung Artapela adalah milik Fiersa
Besari. Ya, seseorang Musisi yang saya idolakan. Saya mengetahui Fiersa pertama
kali lewat lagunya yang berjudul 'Waktu yang Salah' dan 'Celengan Rindu'.
Ditambah kakak saya pernah membeli buku Fiersa yang berjudul '11;11'. Disitu
saya penasaran dengan Fiersa ini. Saya membaca buku tersebut yang berisi
sebelas judul cerpen dengan cerita yang berbeda dan terdapat lirik lagu di
setiap akhir cerpennya. Disitu saya mempunyai rasa kagum terhadap Fiersa.
Penulis sekaligus Musisi.
Kembali
lagi ke perjalanan, saya dan Jarwo menonton video Fiersa Ketika mendaki Gunung
Artapela tersebut. Di video tersebut dipaparkan mengenai gunung itu sendiri,
basecamp awal pendakian, kontur dan medan track di gunung itu sendiri, serta
puncak gunung tersebut. Setelah menonton sampai selesai, kami semakin semangat
untuk mendaki Gunung Artapela.
Tanpa
kami sadari, pukul 23 lebih 40 menit, Gading dan Bekti sudah sampai di rumah
Jarwo. Mereka berdua langsung masuk menuju lantai dua. Kami berbincang mengenai
tujuan wisata, dan sedikit mengenai pembekalan. Setelah itu, kami diharuskan
untuk tidur dan beristirahat karena rencananya besok pagi jam 5, kami akan
berangkat.
Bersambung